Kurikulum Tingat Satuan Pendidikan Edisi 2006 yang disingkat dengan KTSP, telah berlaku selama 4 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Kondisi ini dapat dilihat dari : (1) Rencana Pelakanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru; dan (2) Cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori.
Demikian juga halnya yang terjadi pada sekolah menengah kejuruan (SMK)
dimana Guru masih dominan dalam
pembelajaran. Guru
masih menjadi penyaji materi pelajaran dan siswa penonton atau dengan kata lain guru aktif dan siswa pasif. Paradigma
lama masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih
tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa.
Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario
pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru
sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas
siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup (life
skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri.
Pendidikan kejuruan didefinisikan sebagai “vocational educational is simply training
for Skills, training the hands” (Vocational Instructional Service, 1989).
Pendidikan kejuruan merupakan latihan sederhana untuk menguasai suatu
keterampilan, yaitu keterampilan tangan. Schippers (1994), mengemukakan bahwa
pendidikan kejuruan adalah pendidikan non akademis yang berorientasi pada
praktek-praktek dalam bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian,
transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya. Dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa
pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik
terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Pendidikan kejuruan adalah
pendidikan yang menghubungkan, menjodohkan, melatih manusia agar memiliki
kebiasaan bekerja untuk dapat memasuki dan berkembang pada dunia kerja
(industri), sehingga dapat dipergunakan untuk memperbaiki kehidupannya.
Selanjutnya Calhoun (1982:22) mengemukakan : Vocational education is
concerned with preparing people for work and with improving the training
potential of the labor force. It covers any forms of education, training, or
retraining designed to prepare people to enter or to continue in employment in
a recognized occupation. Berdasarkan pada definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan berhubungan dengan mempersiapkan
seseorang untuk bekerja dan dengan memperbaiki pelatihan potensi tenaga kerja.
Hal ini meliputi berbagai bentuk pendidikan, pelatihan, atau pelatihan lebih
lanjut yang dibentuk untuk mempersiapkan seseorang untuk memasuki atau
melanjutkan pekerjaan dalam suatu jabatan yang sah. Dapat dikatakan pendidikan
kejuruan (SMK) adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan
mempersiapkan tenaga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan
kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi dirinya
dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Tujuan
pendidikan kejuruan menurut Prosser
(1949) adalah pendidikan kejuruan untuk
merubah individu sesuai dengan perhatian, sifat dan tingkat
intelegensinya pada tingkat setinggi mungkin, artinya setelah melakukan
pendidikan dan pelatihan (diklat) para peserta latihan meningkat
keterampilannya. Acuan keberhasilan suatu program pendidikan kejuruan menurut
pendapat Lesgold (1996), yaitu harus memperhatikan : (1) Sasaran produk
haruslah terdefinisi secara baik, akurat, dan jelas yang merupakan interaksi
yang intens antara sekolah dengan masyarakat, (2) perlengkapan (sarana dan
prasarana) yang dibutuhkan untuk mencapai yang telah ditetapkan haruslah
mencukupi, sehingga merupakan unsur penjamin bahwa sasaran yang telah
ditetapkan dapat dicapai secara baik, (3) spesifikasi tim sukses atau tim
pelaksana program yang akan bertanggung jawab terhadap keberhasilan sasaran
haruslah lengkap dan jelas, (4) penelitian atau pengkajian terus menerus dan
berkesinambungan agar dapat diketahui, sehingga langkah perbaikan dan
penanggulangan dapat ditetapkan segera.
Pada dasarnya pendidikan kejuruan menurut Indrajati Sidi (2003) berdasarkan kebutuhan nyata pasar keja. Untuk dapat merealisasikan program ini maka peran serta dunia usaha dan industri sangat diperlukan. Bahkan perlu mendudukkan mereka dalam posisi yang penting, sehingga program kejuruan ditawarkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sistem pendidikan kejuruan yang memberikan standar kompetensi nasional yang baku. Standar kompetensi, standar kurikulum dan standar pengujian dimaksudkan untuk menjamin bahwa sistem pendidikan kejuruan benar-benar memberikan kompetensi yang telah dibutuhkan oleh industri. Oleh karenanya ukuran mutu tamatan pendidikan kejuruan tidak hanya dilihat dari hasil Ujian Akhir Nasional., tetapi juga dari kompetensi yang dicapai. Ketercapaian kompetensi dilihat dari keterampilan. Setiap keterampilan yang dicapai diberikan sertifikat oleh lembaga yang berwenang seperti majelis pendidikan kejuruan nasional (MPKN).
Pada dasarnya pendidikan kejuruan menurut Indrajati Sidi (2003) berdasarkan kebutuhan nyata pasar keja. Untuk dapat merealisasikan program ini maka peran serta dunia usaha dan industri sangat diperlukan. Bahkan perlu mendudukkan mereka dalam posisi yang penting, sehingga program kejuruan ditawarkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sistem pendidikan kejuruan yang memberikan standar kompetensi nasional yang baku. Standar kompetensi, standar kurikulum dan standar pengujian dimaksudkan untuk menjamin bahwa sistem pendidikan kejuruan benar-benar memberikan kompetensi yang telah dibutuhkan oleh industri. Oleh karenanya ukuran mutu tamatan pendidikan kejuruan tidak hanya dilihat dari hasil Ujian Akhir Nasional., tetapi juga dari kompetensi yang dicapai. Ketercapaian kompetensi dilihat dari keterampilan. Setiap keterampilan yang dicapai diberikan sertifikat oleh lembaga yang berwenang seperti majelis pendidikan kejuruan nasional (MPKN).
UUSPN No. 20
tahun 2003 pasal 15, menyatakan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk
menyiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Tujuan
tersebut dapat dijabarkan lagi oleh Dikmenjur (2003) menjadi tujuan umum dan
tujuan khusus, sebagai berikut :
1.
Tujuan
umum, sebagai bagian dari sistem pendidikan menengah kejuruan SMK bertujuan :
(1) menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak, (2)
meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik, (3) menyiapkan peserta didik
agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab, (4) menyiapkan
peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa
Indonesia, dan (5) menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan memelihara
hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni.
2.
Tujuan
khusus, SMK bertujuan : (1) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik
secara mandiri atau mengisi lapangan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan
industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan
program keahlian yang diminati, (2) membekali peserta didik agar mampu memilih
karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi dan mampu mengembangkan sikap
profesional dalam bidang keahlian yang diminati, dan (3) membekali peserta
didik dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar mampu mengembangkan
diri sendiri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3.
Kompetensi
lulusan pendidikan kejuruan sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional
menurut Depdikbud (2001) adalah : (1) penghasil tamatan yang memiliki
keterampilan dan penguasaan IPTEK dengan bidang dari tingkat keahlian yang
sesuai dengan kebutuhan pembangunan, (2) penghasil tamatan yang memiliki
kemampuan produktif, penghasil sendiri, mengubah status tamatan dari status
beban menjadi aset bangsa yang mandiri, (3) penghasil penggerak perkembangna
industri Indonesia yang kompetitif menghadapi pasar global, (4) penghasil
tamatan dan sikap mental yang kuat untuk dapat mengembangkan dirinya secara
berkelanjutan. Dikmenjur (2000) mengatakan bahwa hasil kerja pendidikan harus
mampu menjadi pembeda dari segi unjuk kerja, produktifitas, dan kualitas hasil
kerja dibandingkan dengan tenaga kerja tanpa pendidikan kejuruan. (https://wakhinuddin.wordpress.com/, diakses tanggal 26 Juni 2015)
Berdasarkan pada faktor-faktor seperti tersebut,
selanjutnya Departemen Pendidian Nasional berniat untuk memperbaik sistem
pembelajaran di sekolah dengan meluncurkan kurikulum 2013. Namun dalam
perjalannya menimbulkan pro dan kontra di sekolah. Mulai dari ketidaksiapan
sekolah, kesiapan guru dan penyelenggara pendidikan lainnya, sehingga kurikulum
2013 di hentikan sementara oleh Mendikbud (Bapak Anies Bawesdan) sambil
menunggu hasil evaluasi oleh TIM yang ditunjuk.
Penulis tertarik untuk mengkaji masalah pembelajaran
di sekolah, khususnya di SMK, karena proses pembelajaran di SMK memiliki
keunikan tersendiri yaitu (1) sekolah perlu mempersiapkan siswa pada penguasaan
mata pelajaran sebagaimana sekolah umum lainnya dan (2) sekolah perlu
menyiapkan pembelajaran yang ditujukan untuk kesiapan lulusan memasukki dunia
kerja. Sehingga sekolah perlu menerapkan model pembelajaran yang cocok untuk
bisa mencapai tujuan pembelajaran.
Tulisan ini membahas tentang model pembelajaran di SMK, dengan harapan semoga model
ini dapat membantu sekolah untuk menyiapkan proses pembelajaran yang efektif di SMK.
B. Tujuan Pembuatan Model Pembelajaran
Salah satu program khusus di SMK adalah penyiapan
siswa untuk memilki kompetensi
yang sesuai dengan paket keahlian yang dipilihnya. Kompetensi (competency) adalah kata baru dalam
bahasa Indonesia yang artinya setara dengan kemampuan. Siswa yang telah memiliki kompetensi
mengandung arti bahwa siswa telah memahami, memaknai dan memanfaatkan materi
pelajaran yang telah dipelajarinya. Dengan perkataan lain, ia telah bisa
melakukan (psikomotorik) sesuatu berdasarkan ilmu yang telah dimilikinya, yang
pada tahap selanjutnya menjadi kecakapan hidup (life skill). Inilah hakikat
pembelajaran, yaitu membekali siswa SMK untuk bisa hidup mandiri kelak setelah ia dewasa tanpa
tergantung pada orang lain, karena ia telah memiliki komptensi, kecakapan
hidup. Dengan demikian belajar tidak cukup hanya sampai mengetahui dan
memahami.
Kompetensi
siswa yang harus dimilki selama proses dan sesudah pembelajaran adalah
kemampuan kognitif (pemahaman, penalaran, aplikasi, analisis, observasi,
identifikasi, investigasi, eksplorasi, koneksi, komunikasi, inkuiri, hipotesis,
konjektur, generalisasi, kreativitas, pemecahan masalah), kemampuan afektif
(pengendalian diri yang mencakup kesadaran diri, pengelolaan suasana hati,
pengendalian impulsi, motivasi aktivitas positif, empati), dan kemampuan
psikomotorik (sosialisasi dan kepribadian yang mencakup kemampuan argumentasi,
presentasi, prilaku). Istilah psikologi kontemporer, kompetensi / kecakapan
yang berkaitan dengan kemampuan profesional (akademik, terutama kognitif)
disebut dengan hard skill, yang berkontribusi terhadap sukses individu sebesar
40 % . Sedangkan kompetensi lainnya yang berkenaan dengan afektif dan
psikomotorik yang berkaitan dengan kemampuan kepribadian, sosialisasi,
dan pengendalian diri disebut dengan soft skill, yang
berkontribusi sukses individu sebesar 60%. Suatu informasi yang sangat penting
dan sekaligus peringatan bagi kita semua.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, perlu
diperhatikan bahwa untuk dapat membelajarkan siswa sesuai dengan
cara-gaya belajar siswa
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model
pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena
itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Model
adalah suatu pegangan praktis dalam pengelolaan pengajaran di dalam kelas.
Model tersebut mencakup semua komponen pokok yang harus dipertimbangkan dan
diatur oleh tenaga pengajar. Dalam BKKI,
model adalah (1) pola (contoh,
acuan, ragam, dsb) dr sesuatu yg akan dibuat atau dihasilkan; 2 orang yg dipakai sbg contoh untuk dilukis (difoto); 3 orang yg (pekerjaannya) memperagakan contoh pakaian yg akan
dipasarkank; (4) barang tiruan yg kecil dng bentuk
(rupa) persis spt yg ditiru (http://kbbi.web.id/model,
diakses tanggal 26 Juni 2015).
C. Pengembangan Model Konseptual Pembelajaran
Model konseptual pembelajaran yang penulis kembangkan
adalah berdasarkan pada prinsip
belajar secara aktif dan secara reaktif (pasif). Belajar secara aktif
indikatornya adalah belajar pada setiap situasi, menggunakan kesempatan untuk
meraih manfaat, berupaya terlaksana, dan partisipatif dalam setiap kegiatan.
Sedangakan belajar reaktif indikatornya adalah tidak dapat melihat adanya
kesempatan belajar, mengabaikan kesempatan, membiarkan segalanya terjadi,
menghindar dari kegiatan.
Dari
indikator belajar aktif, sesuai dengan pengertian kegiatan pembelajaran di
atas, maka prinsip belajar yang harus diterapkan adalah siswa harus sebaga
subjek, belajar dengan melakukan mengkomunikasikan
sehingga kecerdasan emosionalnya dapat berkembang, seperti kemampuan sosialisasi,
empati dan pengendalian diri. Hal ini bisa terlatih
melalui kerja individual-kelompok,diskusi, presentasi, tanya-jawab, sehingga
terpuku rasa tanggung jawab dan disiplin diri.
Prinsip
belajar yang dikemuakan leh Treffers (1991) adalah memiliki indikatro
mechanistic (latihan, mengerjakan), structuralistic (terstrutur, sitematik,
aksionmatik), empiristic (pengalaman induktif-deduktif), dan
realistic-human activity (aktivitas kehidupan nyata). Prinsip tersebut akan terwujud dengan
melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan keterlibatan
intelektual-emosional, kontekstual-trealistik, konstruksivis-inkuiri,
melakukan-mengkomunikasikan, dan inklusif life skill.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SMK,
penulis mencoba membuat model pembelajaran yang penulis beri nama TABOT. Model
ini penulis kembangkan atau modifikasi dari Model CBSA. Kata tabot adalah
berasal dari budaya lokal Bengkulu. Masyarakat Bengkulu sudah menjadikan TABOT
sebagai budaya spiritual yang dilakukan setiap bulan Muharam, sebagai wujud
kepedulian masyarakat Bengkulu yang menghargai perjuangan Hasan dan Husen (Cucu
Nabi Muhammad). Upacara ritual dilakukan di daerah Karahbelah Kelurahan Sawah
Lebar Kota Bengkulu. Upacara ritual dilakukan didaerah ini karena di areal
pemakaman Karahbelah dikebumikan tokoh agama yang berpengaruh di Bengkulu.
Modifikasi TABOT dalam pembelajaran menurut penulis,
adalah dengan memberikan arti dari kata TABOT yaitu :
T : Terampil
Siswa
SMK harus kompeten dalam melaksanakan bidang / tugas pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya.
Demikian juga halnya dalam pembelajaran, siswa SMK harus terampil menyelesaikan
tugas-tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran.
A : Asli
Siswa
SMK diharapkan dapat menunjukkan hasil produk yang dibuatnya sendiri dalam
pelaksanaan praktik pembelajaran di sekolah.
B : Bermutu
Hasil
pekerjaan siswa SMK selama proses pembelajaran senantiasa berorientasi pada
mutu, sehingga hasil praktik siswa SMK dapat mempunyai nilai jual
(mengembangkan konsep kewirausahaan).
O : Otentik
Otentik
yang penulis maksudkan adalah menggunakan penilaian otentik yaitu penilaian
dilaksanakan selama proses pembelajaran. Dengan menerapkan konsep penilaian
ini, diharapkan pemantauan pengetahuan dan keterampilan siswa dapat dilakukan
dalam rangka membantu siswa meningkatkan kompetensinya.
T : Terkini
Untuk
menghasilkan inovasi pembelajaran di SMK, maka pembelajaran selalu diupayakan
menghasilkan produk-produk terkini. Dengan konsep ini, diharapkan hasil
pembelajaran khususnya mata pelajaran produktif akan menghasilkan karya-karya
terbaru siswa SMK.
D. Landasan Psikologi
Yang Digunakan Dalam Pembelajaran
Landasan psikologi pembelajaran yang
digunakan dalam model pembelajaran ini adalah menggunakan kombinasi psikologi
pembelajaran sebagai berikut :
1. Humanistik
q
Menekankan pada kebebasan individu
q
Berorientasi pada learner (peserta didik)
q
Guru berperan sebagai fasilitator
Implementasi dalam pembelajaran :
Adanya
kebebasan peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan
2. Behaviorisme
q
Pengelolaan kondisi
belajar untuk perubahan prilaku peserta didik
q
Perubahan prilaku
belajar harus dapat diamati dan dapat diukur
q
Pembelajaran menggunakan reinforcement,
feedback, behavioral objectives, pengukuran thd hasil belajar
Implementasi dalam pembelajaran :
Perubahan prilaku
peserta didik melalui pengaturan lingkungan dan pengelolaan stimulus-respon
3. Koginitifisme
Tingkat perkembangan berpikir peserta didik
dipengaruhi
q
Kematangan intelektual
q
Interaksi dengan lingkungan
q
Transmisi sosial
(belajar dari orang lain)
q
Pembelajaran menggunakan konsep learner
characteristics, role of prior knowledge
Implementasi dalam pembelajaran :
Perubahan
struktur kognitif peserta didik adalah tujuan utama pembelajaran
4. Kontruktivistik
Perkembangan
kemampuan belajar peserta didik dipengaruhi oleh :
q
Peserta didik
berpikir sendiri untuk memaknai suatu peristiwa
q
Berpikir kolaboratif
untuk berbagai makna atas peristiwa
q
Menghubungkan
pengalaman masa lalu dengan peristiwa
belajar
q
Proses mengkonstruksi atau membuat sesuatu
selama pembelajaran
Implementasi dalam pembelajaran :
Belajar
dengan pengalaman konkrit, kontekstual dan bermakna
5. Cybernetisme
q
Manusia sebagai
pemroses informasi dan pembuat respon yang aktif
q
Manusia belajar
secara sistematik & sistemik
q
Manusia
mengorganisasikan apa yang telah diketahuinya
Implementasi dalam
pembelajaran
Belajar secara
sistematik dan sistemik untuk
mencari, menerima, menyimpan, dan memanfaatkan pengetahuan.
E. Strategi Penerapan
TABOT Dalam Pembelajaran
Tahapan
pembelajaran di SMK secara umum dapat gambarkan melalui gambar diagram alir
seperti berikut ini :
Sebelum pembelajaran
dilakukan oleh guru, maka guru perlu merancang pembelajaran dengan menerapkan
nilai-nilai TABOT di komponen RPP. Sebagai contoh berikut ini penulis sajikan
contoh RPP dengan mengimplementasikan TABOT.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas /
Semester :
XII / 1
Pertemuan Ke :
1 s.d. 4
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit
Kompetensi Dasar : Menggunakan kamera digital
Indikator :
1. Kamera
digital dioperasikan secara benar dengan pertimbangan fokus dan pencahayaan
untuk dapat mengambil gambar digital dengan baik
2. Ditampilkan
pemasukan dan pengeluaran software gambar digital yang dipilih dan peralatan
serta fitur-fitur program digunakan secara benar
3. Ditampilkan
editing dan manipulasi foto serta penggunaan peralatan dan fitur program secara
benar
4. Foto
digital disimpan dan dibuka menggunakan format file yang dipilih
I. TUJUAN
PEMBELAJARAN :
Pertemuan
1
a.
Siswa mampu
Mempelajari manual penggunaan kamera digital dengan cermat
b.
Siswa mampu
mendefiniskan menyalakan kamera digital sesuai dengan prosedur
Pertemuan 2
a.
Siswa mampu
mempelajari penggunaan fokus dan efek pencahayaan dalam menghasilkan gambar
digital dengan cermat
b.
Siswa mampu
mengatur faktor pembukaan lensa, resolusi, mode pencahayaan, brightness dan
contratst guna menghasilkan gambar digital seperti yang diinginkan dengan
teliti
Pertemuan 3
a. Siswa mampu mempelajari penggunaan fokus dan
efek pencahayaan dalam menghasilkan gambar digital dengan cermat
b. Siswa mampu mengatur faktor pembukaan lensa,
resolusi, mode pencahayaan, brightness dan contratst guna menghasilkan gambar
digital seperti yang diinginkan dengan teliti
Pertemuan
4
a.
Siswa mampu
mempelajari penggunaan fokus dan efek pencahayaan dalam menghasilkan gambar
digital dengan cermat
b.
Siswa mampu
mengatur faktor pembukaan lensa, resolusi, mode pencahayaan, brightness dan
contratst guna menghasilkan gambar digital seperti yang diinginkan dengan
teliti
II. MATERI AJAR :
Pertemuan
1
- Mengidentifikasi tombol-tombol yang terdapat pada kamera digital
- Mempelajari penggunaan tombol-tombol yang terdapat pada kamera digital
- Mengidentifikasi menu dan fitur yang disediakan oleh kamera digital dengan teliti
- Mempelajari penggunaan menu dan fitur yang tersedia di kamera digital
Pertemuan
2
- Mempelajari penggunaan fokus dan efek pencahayaan dalam menghasilkan gambar digital
- Mengatur faktor pembukaan lensa, resolusi, mode pencahayaan, brightness dan contratst guna menghasilkan gambar digital seperti yang diinginkan dengan teliti
Pertemuan
3
- Menampilkan editing dan manipulasi foto serta penggunaan peralatan dan fitur program secara benar
- Menampilkan foto digital disimpan dan dibuka menggunakan format file yang dipilih
Pertemuan
4
- Mempelajari penggunaan fokus dan efek pencahayaan dalam menghasilkan gambar digital
- Mengatur faktor pembukaan lensa, resolusi, mode pencahayaan, brightness dan contratst guna menghasilkan gambar digital seperti yang diinginkan dengan teliti
III. METODE PEMBELAJARAN :
a. Tanya
jawab
b. Tatap muka
/ Pertemuan
c. Diskusi
d. Demonstrasi
/ contoh
e. Evaluasi
IV. LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARAN : TABOT
Pertemuan 1
No.
|
Tahap
|
Rincian Kegiatan
|
Waktu
|
Ket.
|
1
|
Tahap Situasional
|
Pendahuluan
-
Siswa berdoa sebelum belajar;
-
Mengajukan pertanyaan untuk mengetahui konsep awal siswa tentang
materi
1. Pengetahuan
awal siswa ttg software flash
2. Produk yg
dapat dihasilkan melalui software Flash .
3. Berapa
nilai jual hasil produk multimedia dengan flash yang akan dibuat ?
|
10
|
Mengimplementasikan (1) Asli; (2)
Berbobot; (3) Otentik
|
2
|
Tahap Explorasi
|
Kegiatan Inti
1.
Guru mempersilahkan murid menyiapkan peralatan / kamera;
a.
Mengidentifikasi
tombol-tombol yang terdapat pada kamera digital
b.
Mempelajari
penggunaan tombol-tombol yang terdapat pada kamera digital
2. Siswa
mempelajari materi pertemuan 1 .
(Merancang dan membuat produk animasi pembelajaran)
3. Setelah selesai
mempelajari materi, meminta siswa untuk membereskan alat dan dikembalikan
ketempat semula
|
55
|
Mengimplementasikan (1) Terampil,
(2) Berbobot; (3) Otentik dan (4) Terkini
|
3
|
Tahap Elaborasi
|
Membuka forum
diskusi atas materi yang telah dipelajari.
|
10
|
Mengimplementasikan (1) Otentik dan
(2) Terkini
|
4
|
Tahap Konfirmasi
|
Merefleksikan
hasil pembelajaran (mengulang secara garis besar apa yang telah dipelajari)
|
10
|
Mengimplementasikan : Berbobot
|
5
|
Evaluasi
|
Siswa melengkapi
jobsheet
|
45
|
Mengimplementasikan (1) Otentik dan
(2) Terkini
|
6
|
Tugas
|
1.
Memberikan
tugas latihan berkelompok di rumah
2.
Guru menutup
pembelajaran dengan mengucapkan salam
|
5
|
Mengimplementasikan (1) Otentik dan
(2) Terkini
|
V. ALAT
/ BAHAN / SUMBER BELAJAR :
a. Kamera
digital
b. Manual
penggunaan kamera digital
c. Buku
fotografi
d. Buku
pendukung
e. Komputer
VI. PENILAIAN
-
Bentuk tes : Tertulis
-
Bentuk soal : Pilihan Ganda
Mengetahui,
Kepala SMKN 1 Kota Bengkulu
Dra. Hj. Evriza, M.Pd
NIP. 196407101995032001
|
Bengkulu, Juni
2015
Guru Mata Pelajaran,
Paidi, S.Pd., M.TPd
NIP. 197101011999031012
|
F. Penutup
Salah satu tujuan
pendidikan di SMK adalah adalah menghasilkan lulusan yang dapat terserap di
Industri. Untuk itu dibutuhkan pengelolaan pembelajaran yang baik. Guru harus
mampu mengembangkan semua komponen pembelajaran di SMK semaksimal mungkin. Guru
harus mampu membantu siswa untuk meningkatkan kompetensi yang sesuai dengan
keahliannya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran di SMK, penulis mencoba
mengembangkan pembelajaran yang penulis beri nama model pembelajaran TABOT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar