Jumat, 24 April 2020

Life Skill, peluang dan tantangannya di Masa Depan

Life Skill, peluang dan tantangannya di Masa Depan



Judul Artikel            :    Life Skill,  peluang dan tantangannya di Masa Depan
Penulis                      :    Paidi
Kata Kunci               :    Life Skill, Keterampilan

A.   Pendahuluan
Sebuah artikel pada harian Kompas tanggal 26 Nopember 2014 yang ditulis oleh Kristian Dior perlu kita cermati, karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahuinya. Dalam artikel tersebut dinyatakan  bahwa “....tanpa adanya upaya peningkatan kualitas SDM secara cepat, Indonesia bakal kalah bersaing dengan para pencari kerja asing yang masuk ke tanah air”.  Kualitas sumber daya manusia (SDM) akan menjadi kunci utama dalam memenangi persaingan pada era MEA.  Jumlah penduduk yang besar dapat dijadikan unggulan, tapi jika SDMnya kurang memiliki skill, maka hal ini akan menjadi bom waktu yang akan menyumbangkan berbagasi masalah kependudukan dan pada akhirnya akan mengganggu perekonomian nasional.
        Jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 251.857.940 dengan luas wilayah 1.913.578,68   km2. Jumlah penduduk tersebut tersebar di daerah perkotaan, kabupaten, kecamatan, kelurahan dan pedesaan. Seperti disajikan grafik berikut





Sumber : Data diolah dari http://www.kemendagri.go.id)
Gambaran umum kondisi pencari kerja di Indonesia hingga akhir tahun 2014 seperti grafik berikut:


Sumber :  Data diolah dari Paparan Direktur Dit.PSMK, Kegiatan Paparan SMK Rujukan, Hotel Horiston, 25 Nopember 2014

Berdasarkan data tersebut,  ternyata jumlah pencari kerja terbanyak adalah lulusan SLTA Umum, diikuti berturut-turut SLTP, SMK, Perguruan Tinggi (S1, S2 dan S3), DIII, SD dan pendudukan yang tidak / belum tamat SD. Guna membekali para lulusan sekolah untuk mencari pekerjaan setelah menamatkan pendidikan maka pada sistem pendidikan telah dilakukan berbagai model untuk membekali mereka dengan berbagai keterampilan. Seperti : (1) siswa SMK diberikan pelatihan keterampilan kerja agar lulusan SMK siap pakai di dunia Industri dan tidak menutup pula kemungkinan untuk menjadi wiraswasta, (2) Pada tingkat pendidikan tinggi, penguatan pendidikan vokasi menjadi fokus dalam pembenahan pendidikan di Indonesia sesuai Surat Edaran DIKTI Nomor 1061/E/T/2012 yang antara lain mengatur ketentuan penghentian sementara pendirian dan perubahan bentuk perguruan tinggi serta pembukaan program studi baru yang tekait dengan pendidikan akademik, terhitung mulai tanggal 1 September 2012 sampai dengan paling lambat tanggal 31 Agustus 2014. (Risang Pujianto, http://www.academia.edu)
Terkait dengan upaya peningkatan kompetensi lulusan pendidikan, menurut pengalaman penulis yang pernah bertugas di daerah pedesaan khususnya di SMA, ternyata masih ada persepsi yang salah dengan lulusan. Salah satu contohnya masih adan masyarakat yang beranggapan bahwa (1) tolok ukuran keberhasilan pendidikan itu kalau ananyaknya bisa menjadi PNS; (2) masih banyak lulusan lembaga pendidikan untuk  kembali ke desanya, untuk membangun desanya karena mereka beranggapan bekerja di kota lebih baik dari pada di desa; dan (3) lulusan lembaga pendidikan enggan untuk berwiraswasta, sehingga mereka bergantung kepada orang (bekerja pada orang lain). Kondisi ini secara tidak langsung akan berdampak pada pengelolaan pendidikan.
 Guna menjawab masalah-masalah  tersebut, dan upaya untuk membekali calon-calon lulusan lembaga pendidikan, maka perlu diberikan pendidikan life skill kepada mereka. Pengertian tentang life skill (kecakapan hidup) menurut beberapa ahli pendidikan adalah : (1) Life skills include a wide range of knowledge and skill interactions believed to be essential for adult independent living (Brolin dalam Goodship, 2001:1);  Kecakapan hidup mencakup berbagai pengetahuan dan keterampilan interaksi yang diyakini penting untuk hidup mandiri (http://belajartanpabuku.blogspot.com); dan (2) Tim BBE Depdiknas, 2001:9 menyatakan bahwa kecakapan hidup (life skill) adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Risang Pujianto, http://www.academia.edu.
Life Skill sangat perlu diberikan kepada peserta belajar dalam proses pendidikannya, karena mereka dibekali dengan keterampilan-keterampilan praktis yang tidak ada dalam kurikulum yang mereka diterima di lembaga pendidikannya. Keterampilan tersebut menyangkut keahlian yang dapat ia gunakan untuk mencapai kemakmuran/kesejahteraan setelah meraka menamatkan pendidikannya. Oleh sebab itu penulis tertarik pada artikel ini untuk mengulas life skill yang perlu diberikan kepada peserta belajar sebagai upaya memberikan keterampilan yang nantinya akan bermanfaat bagi hidupnya dalam menyonsong masa depan yang penuh dengan persaingan.

B.   Tantangan
Pertama, tantangan nyata yang harus dicermati atas kondisi SDM bangsa Indonesia saat ini, sesuai dengan pendapat Kristian Dior, bahwa kondisi penduduk yang besar yang dimiliki Indonesia akan menjadi masalah yang serius dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) maka jumlah penduduk yang besar harus diberikan pendidikan life skill agar mereka mampu memenuhi kebutuhannya dan mampu bersaing dengan tenaga kerja dari luar negeri. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Prof. Dr. Basuki Wibawa, bahwa fakta menunjukkan kondisi kependudukan Indonesia adalah : (1) unskill, kompetensi rendah; (2) produktivitas rendah; (3) upah rendah; dan (4) daya beli rendah.
Kedua, guna meningkatan kualitas SDM, maka dibutuhkan upaya meningkatan pembelajaran yang bermutu. Menurut Direktur Dit.PSMK bahwa perlu diberikan keterampilan : (1) hard skill, pementukan dan pemanfaatan; (2) softskill, jenis-jennis soft skill pendukung keberhasilan dan (3) kompetensi standar dan strategi pembentukan (Paparan SMK Rujukan oleh Dir. PSMK, 25 Nopember 2014).
              Ketiga, kualitas pekerja harus ditingkatkan secara bertahap dengan meningkatkan jenjang pendidikan. Namun yang penting setiap lulusan jenjang pendidikan harus memiliki kompetensi dan keahlian kerja sehingga lebih cepat bekerja di perusahaan atau berwirausaha mandiri (Muhaiminhttp://menteri.depnakertrans.go.id).
C.   Peluang
Pemberian pendidikan life skill perlu diberikan kepada peserta belajar dalam rangka membekali peserta belajar untuk meningkatkan keterampilannya selain keterampilan yang didapat disekolah.  Pendidikan sepanjang hayat perlu ada pada diri peserta belajar agar ia selalu berupaya untuk selalu memelihara keterampilan yang dimiliki dan mengaplikasinnya pada kehidupan nyata.
Peluang untuk menerapkan pendidikan life skill sangat memungkinkan diberikan kepada peserta belajar yang didasarkan pada kondisi-kondisi yang terkait dengan ketenagakerjaan. Kondisi pendukung untuk implementasi life skill menurut pendapat Prof. Dr. Basuki adalah : (1) Tenaga kerja Indonesia dengan cepat menjadi lebih terdidik; (2) Permintaan untuk pekerja terampil tinggi dan meningkat; (3)  Pendidikan bukanlah sinonim keterampilan; (4) Buruh Industri harus Bersertifikat sesuai Ps 44 UU 12 Tahun 2012, Sertifikat Kompetensi Lulusan PT dapat diterbitkan Lembaga sertfikasi Yang Terakreditasi (PP 23 Tahun 2004).
   Peluang lain adalah sebagaimana pendapat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI bapak  Muhaimin bahwa untuk mengurangi angka pengangguran dan memperbanyak kesempatan kerja, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah mendorong perkembangan wirausaha produktif di Indonesia. Apalagi kesempatan kerja dengan berwirausaha di berbagai bidang ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh semua lulusan jenjang pendidikan mulai dari SD sampai lulusan universitas/perguruan tinggi. Lebih lanjut, Muhaimin mengatakan untuk mendorong pertumbuhan wirausaha di Indonesia, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi terus berkomitmen untuk mewujudkan penciptaan 10.000 orang wirausaha baru per tahun di 33 Propinsi melalui bantuan pelatihan dan pembinaan. Nantinya para wirausaha itu akan menjadi penggerak ekonomi masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. (http://menteri.depnakertrans.go.id)
               Khusus di lembaga tempat penulis bekerja yaitu di SMKN 1 Kota Bengkulu, pelaksanaan life skill ini sudah dilaksanakan karena sudah menjadi Tempat Asesmen Kompetensi (TAK) dari LSP Telematika dan LSP Teknisi Akuntansi, memiliki fasilitas pendukung asesmen dan memiliki 7 orang Asesor.
D.   Model-model Implementasi Life Skill
Pendidikan Life Skill dapat dilakukan dalam berbagai model. Salah bentuk untuk memberikan/meningkatan keterampilan life skill adalah dengan :
1.         Melaksanan uji sertifikasi keahlian.
a.       Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah banyak melakukan kerja sama dengan lembaga profesi sejenis di negaranegara ASEAN lainnya. Upaya ini bertujuan untuk menyetarakan berbagai program capacity building dan standar keahlian agar akuntan dari masing-masing negara memiliki keahlian dengan persyaratan  minimun yang sama. Dengan begitu, akuntan Indonesia bisalangsung match dengan kebutuhan profesi ketika bekerja di negara ASEAN lainnya. Demikian halnya dengan profesi bankir dan profesi di industri keuangan lainnya.
b.      Lembaga-lembaga pendidikan melaksanakan ujian kompetensi keahlian seperti kepada peserta belajarnya dengan menjadi atau bekerjasama dengan LSP I1, LSP P2 maupun LSP P3. Sertifikat kompetensi yang diberikan kepada peserta belajar adalah bukti pengakuan atas keahlian atau kompetensi yang dimilikinya dan dapat dipergunakan oleh yang bersangkutan untuk memasukki dunia kerja / Industri.
Teknis pelaksanaan uji kompetensi bagi siswa khusus SMK dilakukan di kelas III semester ganjil dan wajib diikuti oleh semua siswa guna memberikan bukati pengakuan kompetensi yang mereka milili.
2.  Melaksanan pelatihan keahlian.
a.     Pelatihan oleh perguruan tinggi
Pelatihan  keahlian  ini dapat dilakukan pada berbagai bidang keahlian . Indonesia diuntungkan pada sektor kimia, konstruksi, perdagangan, dan transportasi. Namun ketiga sektor tersebut membutuhkan keterampilan tinggi. Oleh karena itu, berbagai program peningkatan SDM dapat dilaksanakan dengan bekerja sama antara  pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan masyarakat untuk menyiapkan angkatan kerja berketerampilan tinggi. Selain itu dapat juga dilakukan melalui pengenalan IPTEK, karena dampak yang ditimbulkan oleh teknologi dalam era globalisasi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, sangat luas.  (http://berkas.dpr.go.id)
b.    Pelatihan oleh sekolah-sekolah
Sekolah Kejuruan dapat bekerja sama dengan industri yang relevan untuk melaksanakan pelatihan-pelatihan seperti SMK Mesin bisa bekerja sama dengan perusahaan otomotif, SMK pariwisata bisa bekerjasama dengan industri perhotelan dsb.
3.  Melaksanan pelatihan  terkait dengan jasa pelayanan
Implementasi life skill pada bidang ini misalnya dengan menjadi konsultan jasa konsultasi jasa seperti konsultasan Manajemen ISO, Advokat, Konsultan Gizi, dll.
E.   Rekomendasi
Pendidikan life skill perlu diberikan kepada peserta didik pada semua jenjang pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristiknya masing-masing. Hal ini ditujukan untuk memberikan bekal kepada peserta belajar untuk lebih terampil dan mampu memenuhi kebutuhannya yang disesuaikan dengan keahlian yang dimilikinya.

Referensi :

Kristian Dior, Media Indonesia, Rabu, 26 Nopember 2014, p. 14

Muhaiminhttp://menteri.depnakertrans.go.id

Paparan Program Direktorat PSMK oleh Mustafirin, Direktur DITPSMK, Jakarta, Horiston Hotel, 25 Nopember 2014

http://berkas.dpr.go.id

http://menteri.depnakertrans.go.id

http://www.academia.edu

http://www.kemendagri.go.id

http://belajartanpabuku.blogspot.com

Wibawa, Basuki. 2014. Bahan Presentasi Mata Kuliah Manajemen dalam Pendidikan S3 TP UNJ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar